Minggu, 20 Maret 2011

Dharma Santi Harmonisasi Beragama Menuju Kehidupan Yang Jagaditha

Masih dalam rangkaian hari suci Nyepi tahun çaka 1933, Kanwil Kementerian Agama Provinsi Bali menyelenggarakan kegiatan Dharma Santi pada hari Kamis, 17 Maret 2011 bertempat di Aula Kanwil Kementerian Agama Provinsi Bali. Hadir dalam acara ini, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota se-Bali, Kepala Sekolah MAN,MTsN, dan MIN, Kabid, Pembimas, Kasi dan Kasubag Kanwil Kementerian Agama Provinsi Bali serta seluruh karyawan dan karyawati Kanwil Kementerian Agama Provinsi Bali.
Acara diawali dengan penampilan tari penyambutan berupa Tari Pendet yang dibawakan oleh pegawai Kanwil Kementerian Agama Provinsi Bali, kemudian pembacaan sloka dan laporan dari Ketua Panitia Drs. I Gusti Komang Sumberjana, MM yang juga sebagai Kabid Penda Hindu. I Gusti Komang Sumberjana mengatakan bahwa latar belakang acara Dharma Santi ini adalah sebagai wujud swadarma umat membina kehidupan umat beragama sesuai dengan tema Dharma Santi tahun ini yaitu “Melalui Dharma Santi Hari Suci Nyepi Tahun çaka 1933 Kita Tingkatkan Harmonisasi Dalam Beragama Untuk Menuju Kehidupan Yang Jagadhita”. Tujuan dari kegiatan ini lebih lanjut I Gusti Komang Sumberjana mengatakan adalah untuk menumbuhkan kehidupan yang selaras dan serasi antar umat beragama.  Dimana melalui Darmasanti sebagai rangkaian hari suci Nyepi ini dijadikan mementum untuk kita intospeksi diri untuk dapat menciptakan kehidupan yang damai dan harmoni.
Dalam kesempatan ini Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Drs. IGAK Suthayasa, M.Si menyampaikan sambutan sekaligus memberikan Dharma Wacana. Dimana dalam kesempatan ini IGAK Suthayasa menyampaikan bahwa kegiatan Dharma Santi ini merupakan rangkaian peringatan hari suci Nyepi. Hari Suci Nyepi diawali dengan Melis/Melasti yaitu penyucian buana agung (alam semesta)dan buana alit (buana Alit) kemudian Tawur Kesanga yaitu sebagai wujud transformasi atau merubah sifat-sifat yang tidak baik menjadi baik. Pengrupukan yaitu sebagai kelanjutan prosesi tawur yang ditandai dengan pawai ogoh-ogoh sebgai simbul sikap kelobaan., Lalu melaksanakan Catur Brata dengan tidak bekerja, tidak berapi-api, tidak menghibur dan tidak berpergian melakukan sipeng (sepi) 24 jam sebagai langkah pengendalian diri, kemudian Ngembak yaitu memulai era baru Tahun Caka Baru dan setelah itu Dharma Santi. Baik ( ,benar dalam kedamaian)
Selanjutnya IGAK Suthayasa menyampaikan bahwa kegiatan beragama akan meningkatkan kualitas mental, moral dan spiritual. Benturan-benturan yang seringkali muncul dikalangan kehidupan beragama selama ini muncul karena kesalah pahaman yang disebabkan karena tidak memahami akan pentingnya menjaga kemurnian agama.
IGAK Sutahayasa pun mengajak kita sebagai orang Kementerian Agama dapat menjadi pengendali, jangan menjadi pemicu kesalah pahaman. Pengendalian diri tidak hanya dilakukan pada hari-hari besar agama saja, tetapi harus dilakukan setiap hari. Pembersihan diri pun bukan hanya pada luarnya saja tetapi pembersihan dalam diri kita yaitu pembersihan batin. Hal ini dilakukan agar harmoni atau selaras dan seimbang. Pengendalian diri itu perlu dilatih dalam diri kita karena jika kita tidak mampu untuk mengendalikan diri, maka kita tidak akan fokus dalam hidup. Karena itu IGAK Suthayasa mengajak kita untuk melatih mengendalikan diri maka, kita akan mampu untuk memberikan pelayanan. Sehingga program-program utama Kanwil Kementerian Agama Provinsi Bali akan berjalan dengan baik. “Mari kita melakukan penyucian, pengendalian, maka kita akan mencapai peningkatan-peningkatan dalam hidup dan dapat menjalani dan mengisi hidup dengan damai dan harmoni” ucap IGAK Suthayasa. kesimpulan dalam Dharma Wacana beliau yaitu “Sucikanlah Hati, Itulah Jalan Menuju Harmoni dan Damai”.
Setelah penyampaian Dhama Wacana Oleh Ka.Kanwil Kementerian Agama Prov. Bali acara dilanjutkan dengan makan siang bersama .dihibur dengan  hiburan berupa tari topeng, dan diakhiri dengan saling bersalaman oleh seluruh pejabat dan pegawai Kanwil Kementerian Agama Provinsi Bali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar