Senin, 20 Desember 2010

Menjelang Peresmian Relik Suci dan Budha Rupam Vihara Empu Astapaka

Ratusan umat Buddha mengikuti prosesi penempatan / ngelinggihang Budha Rupam (arca Buddha) Vihara Empu Astapaka, Gilimanuk, Kamis (11/11) lalu. Prosesi diawali dari Mahacetiya Dharma Negara, di Jl. Pulau Jawa, Negara-tempat di mana Buddha Rupam seberat 2,5 ton tersebut disemayamkan sebelumnya. Menuju kantor Kementerian Agama. Di tempat ini dilaksanakan upacara pelepasan yang ditandai dengan pelepasan kain selubung Buddha Rupam oleh Bupati Jembrana, I Gede Winasa bersama Ketua Umum Yayasan Empu Astapka Pmy. Sudiarta Indrajaya, Tokoh Buddhis Ibu Erlina, Wirawan Hadi dan Ayin Susilawati/Pengusaha sukses asal Jembrana serta I Gusti Ketut Senem salah satu sesepuh pendiri Vihara Empu Astapaka tahun 1976. Pelepasan disambut 11 penari Rejang Dewa.
Selain disaksikan umat Buddha dari Jembrana dan berbagai daerah, Pimpinan Magabudhi, FIB, Patria dan Vihara, Mahacetya se-Bali, hadir pula undnagan dari Muspida Jembrana, tokoh lintas agama dan undangan lainnya. Dalam sambutannya Bupati Winasa mengatakan, pelepasan dalam acara tersebut memiliki makna berbeda dengan kata pelepasan pada umumnya. Pelepasan prosesi Buddha Rupam dan Relik Suci untuk melakukan kirab keliling Kota Negara sebelum menuju Vihara Empu Astapaka di Gilimanuk, bermakna sebagai ungkapan selamat dan suka cita, dengan harapan kelak kehidupan beragama di kalangan umat Buddha di Jembrana khususnya dan di Bali umumnya, bisa lebih kuat lagi dan harmonis.

”Pelepasan prosesi Buddha Rupam dan Relik Suci ini untuk selanjutnya ditempatkan di Vihara Empu Astapaka, bertepatan menjelang berakhirnya masa jabatan saya sebagai Bupati Jembrana. Harapan saya, siapapun nantinya yang terpilih sebagai Bupati Jembrana, kehidupan beragama di kalangan umat Buddha di Daerah ini tetap kuat, serta kerukunan antarumat beragama bisa terus terjaga, ”demikian Bupati Winasa.”
Setibanya di pintu gerbang menjelang pelabuhan Gilimanuk, prosesi yang diiringi angklung dan Baleganjur sudah ditunggu umat yang kemudian bersama-sama melakukan kirab menuju Vihara Empu Astapaka dengan bentangan kain kuning sepanjang 300 meter. Proses penempatan Buddha Rupam diawali dengan prosesi penyerahan Relik Buddha, YA Sariputta dan YA Mogalla oleh Wirwan Hadi, Putu Adiguna dan Ayin Susilawati kepada Bhikku Sangha antara lain Bhikku Sucirano Thera, Bhikku Ciradhammo, Bhikku Jayadhammo, dan Bhikku Silaguto. Cuaca yang cerah dengan sinar matahari yang cukup terik tidak menyurutkan semangat umat yang datang untuk mengikuti proses pemindahan Buddha Rupam dari kendaraan hias yang dirancang dan didanakan oleh Ibu Erlina hingga di tempatkan di altar Ruang Dhammasala.
Menurut Ketua Panitia prosesi, Pmy Sutikno Gunawan, upacara Abhiseka Buddha Rupam akan dilaksanakan 27 November mendatang, bersamaan dengan peresmian Dhammasala dan peletakan batu pertama pembangunan Candi Buddha yang direncanakan setinggi 25 meter oleh Bhikku Sri Pannyavaro Mahathera dan 9 Bhikku, Dirjen Bimas Buddha Kementerian Agama (Kemenag) dan Gubernur Bali. Kegiatan tersebut sekaligus mengakhiri rangkaian perayaan Kathinapuja 2554 Bali-NTB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar